Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Blog ini berisi seputar ilmu komunikasi, teks lagu mandarin dan beberapa perenungan hidup pribadi sang blogger ^^..

Model dan Proses Komunikasi Antarbudaya (Ting-Toomey)



Model Komunikasi Antarbudaya:

 



Gambar 2.1. Model Komunikasi Antarbudaya
(Ting-Toomey, 2005, p.39)


 Proses Komunikasi Antarbudaya

Bagan di atas menggambarkan dua orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. A dan B merupakan dua orang yang berbeda latar belakang kebudayaan. Dalam proses komunikasi antarbudaya, terdapat beberapa komponen, yakni pertukaran simbolik (symbolic exchange), proses, perbedaan komunitas kultural, pertukaran pemaknaan, serta situasi interaktif. Yang dimaksud pertukaran simbolik dalam komunikasi antarbudaya adalah penggunaan simbol verbal maupun nonverbal diantara individu-individu (partisipan komunikasi) untuk  berbagi makna (shared meanings).
Sedangkan komponen proses merujuk pada dua pemikiran, yakni natur transaksional dan natur irreversible dari komunikasi. Yang dimaksud dengan sifat transaksional adalah adanya proses encoding (pengirim pesan memilih kosakata yang benar atau gesture nonverbal untuk mengekspresikan maksud) dan decoding (penerima pesan menerjemahkan kata-kata atau isyarat nonverbal menjadi makna yang dapat dipahami) yang bersifat terus menerus (simultan) dari pertukaran pesan. Pengirim dan penerima pesan berhasil mencapai pertukaran pesan yang efektif apabila proses decoding dari penerima pesan sesuai dengan proses decoding dari pengirim pesan. Bila sebaliknya, maka komunikasi antarbudaya akan dipenuhi dengan kesalahpahaman serta banyaknya dugaan-dugaan karena masalah bahasa, perbedaan style berkomunikasi, serta perbedaan orientasi nilai di antara partisipan komunikasi.
Sedangkan sifat irreversible dari proses komunikasi sendiri adalah karena decoder memungkinkan untuk memaknai pesan dengan berbeda walaupun pesan diulang dengan sama. Sekali encoder mengirimkan atau mengucapkan pesan pada decoder, ia tidak akan bisa mengulangi pesan yang benar-benar tepat sama. Encoder juga sulit membatalkan atau menarik kembali pesan yang telah disampaikan. Hal ini disebabkan pada saat encoder memberikan pesan kemudian menghentikannya mendadak, bagaimana pun pesan yang terpotong tersebut telah masuk dalam proses decoding oleh decoder.
Komponen komunitas kutural yang berbeda merujuk pada sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang saling berinteraksi dalam sebuah unit dengan batasan tertentu, yang mana para anggotanya memegang tradisi dan cara hidup tertentu. Unit yang dirujuk dapat dibatasi berdasarkan geografis, atau pun nilai dan kepercayaan yang dianut oleh kelompok. Istilah budaya yang dirujuk adalah frame of reference atau sistem pengetahuan yang dibagikan dalam kelompok.
Dalam komponen negosiasi makna, makna dapat dibagi menjadi makna isi, makna relasional, serta makna identitas. Makna isi merujuk pada informasi yang disampaikan pada penerima pesan melalui media oral atau pun melalui medium komunikasi. Makna isi berhubungan dengan substansi dari diskusi atau isu yang disampaikan dengan nada tambahan.
Makna relasional merupakan informasi yang berfokus pada ranah relasi yang ada di antara patisipan komunikasi. Makna relasional dapat dilihat dari intonasi nonverbal, gerakan tubuh, ataupun gesture yang menyertai isi verbal. Makna relasional dari pesan biasanya juga merujuk pada bagaimana seharusnya relasi di antara komunikator diartikan dan diinterpretasikan, yang mana hal ini juga melibatkan makna identitas.
Makna identitas melibatkan hal-hal yang berkaitan dengan penunjukkan adanya rasa hormat ataupun tidak hormat, serta penerimaan atau penolakan identitas. Bagaimana pesan itu disampaikan (dengan nada tertentu dengan penyusunan kata-kata tertentu) mencerminkan sisi rasa hormat yang berbeda, serta mencerminkan konteks situasi dan budaya yang berbeda.
Komponen situasi interaksif merujuk pada pandangan yang mana setiap komunikasi terjadi dalam konteks relasional, konteks psikologis serta konteks fisik yang berbeda-beda. Yang dimaksud dengan konteks psikologis adalah interpretasi psikologis oleh partisipan komunikasi, serta meliputi ekspektasi dari situasi yang interaktif tersebut. Sedangkan konteks fisik merujuk pada hal-hal fisik dan penataan yang ada sekitar peristiwa komunikasi.
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa komunikasi antarbudaya memiliki elemen-elemen yang banyak, yang dapat dikatakan kompleks. Dalam komunikasi antarbudaya, perbedaan latar belakang di antara kedua partisipan komunikasi dapat menyebabkan adanya perbedaan dalam mempersepsi pesan maupun lingkungan komunikasi saat mereka melakukan komunikasi. Hal inilah yang berpotensi menimbulkan hambatan komunikasi sendiri. Hambatan dalam komunikasi antarbudaya dapat muncul dari berbagai elemen yang ada dalam komunikasi antarbudaya (yang telah disebutkan di atas).






Sumber:


Ting-Toomey, Stella and Leeva C. Chung. 2005. Understanding Intercultural Communication. New York: Oxford University Press



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar