Kemunculan teori kultivasi
dilatarbelakangi situasi pada tahun 1960-an di Amerika. Ketika itu terdapat
dugaan adanya hubungan antara banyaknya muatan kekerasan dalam tayangan
televisi dengan perilaku agresi dan kekerasan di masyarakat. Para penelti pun
mulai mempelajari keterkaitan di antara keduanya.
Gerbner membuat indeks
kekerasan (violence index), yaitu
suatu penelitian mengenai analisis isi tayangan televisi pada jenis tayangan
drama karena memiliki muatan kekerasan paling banyak dibandingakan dengan jenis
tayangan lainnya yang disebutnya sebagai kekerasan dramatik (dramatic violence) yang didefinisikan
sebagai:
The overt expression of physical force (with or without a weapon, against
self of others) compelling action against one’s will on pain of being hurt
and/or killed or threatened to be so victimized as part of the plot.
Definsi tersebut tidak
memasukkan ucapan-ucapan kasar, ancaman yang tidak terwujud atau adegn
seseorang membawa kue tar dan menghantamkannya ke wajah seseorang, tetapi
memasukkan berbagai adegan kekeraan di film kartun, misalnya menunjukkan satu
karakter yang badannya gepeng dilindas mesin giling atau badan yang terbelah
oleh gergaji, dan sebagainya.
Setelah mengalami beberapa
kali perbaikan, indeks kekerasan yang dikeluarkan secara tahunan itu menunjukkan
dua hal yang mengejutkan. Pertama, jumlah muatan kekerasan dalam tayangan
televisi berada pada level yang sangat jauh di atas jumlah kekerasan yang
sebenarnya. Kedua, meski begitu, jumlah kekerasan dalam tayangan televisi
setiap tahun cenderung stabil atau berada pada level yang sama. Tidak ada pola
yang menunjukkan peningkatan muatan kekerasan sebagaimana diduga orang sebelumnya.
Dengan kata lain, asumsi yang menyatakan bahwa peningkatan muatan kekerasan di
televisi akan meningkatkan perilaku agresi dan kekerasan di masyarakat tidak
terbukti.
Gerbner membagi penonton
televisi menjadi 2, kelompok ringan (light
users) yang menghabikan kurang dari 2 jam untuk menonton televisi, dan kelompok
berat (heavy users atau yang disebu
juga television type) yang menonton
televisi minimal 4 jam. Gerbner menyatakan, kelompok berat akan memiliki
kepercayaan atau keyakinan yang berlebihan mengenai dunia yang jahat dan
menakutkan (mean and scary world) dan
bahwa dunia luar adalah hutan rimba (a jungle out there) dibanding kelompok
ringan. Proses kultivasi ini disebut mainsteaming
atau “ikut arus utama”, yang menjelaskan bahwa televisi mampu embuat audiensnya
menjadi homogen sedemikian rupa sehingga mereka akan memiliki orientasi,
perspektif dan makna yang sama satu sama lain. Sindrom dunia jahat (mean world syndrome) yang diungkapkan
Gerbner terdiri atas: (a) kemungkinan mengalami peristiwa kekerasan, (b) takut
berjalan sendirian di malam hari, (c) persepsi terhadap aktivitas polisi, dan
(d) ketidakpercayaan pada orang lain.
Kultivasi juga dapat terjadi
melalui resonansi. Proses resonansi dijelaskan ketika televisi menayangkan
realitas yang sebenarnya terjadi di masyarakat, misalnya perampokan, dan
audiens yang menonton pernah dirampok. Audiens tersebut akhirnya akan kembali
mengulang-ulang ingatan akan peristiwa tersebut. Kondisi ini memberikan dosis ganda (double dose) terhadap pesan yang akan memperkuat proses kultivasi,
sebagaimana yang dikemukakan Gerbner,
“The congruence of the television world and real-life sircumstances may
‘resonate’ and lead to markedly amplified cultivation patterns.” (Morrisan,
Wardhani, dan Hamid U., 2010, hlm.109-114).
Sumber:
Morrisan; Andy C.W.; Farid H.U. (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.
1 komentar:
Disini aku mau Sharing aja ya
Banyak temen aku yang tercukupi kebutuhannya tanpa kerja
Caranya bagaimana?? hanya mengeluarkan 10 ribu
untuk bermain di www. pokerayam .com hanya hitungan menit saja
ratusan hingga jutaan pun didapat dikarenakan pokerayam
selalu memberikan promo dan keberuntungan kepada member setianya
banyak promo dan hadiah menarik yang akan update disetiap saat
yuk silahkan bergabung pada pokerayam jangan lewatkan
MODAL 10 ribu MENJADI 1 JUTA
info keberuntungan lebih lanjut bbm : D8E5205A
Posting Komentar